VIVAnews - Sejumlah pengungsi mulai kembali ke rumah mereka masing-masing untuk menyelamatkan harta benda dan hewan ternak. Namun, Kepala Riset Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Surono menegaskan Gunung Merapi masih berbahaya.
"Kami imbau agar masyarakat tidak mendekati Merapi sampai radius 10 kilometer (km)," kata Surono saat dihubungi VIVAnews, Kamis 28 Oktober 2010.
Merapi, kata dia, masih berstatus Awas sehingga segala kemungkinan masih bisa terjadi. "Kondisi Merapi belum aman sehingga masih bahaya untuk didekati," kata dia.
Larangan mendekati Merapi, kata dia, masih berlaku karena petugas belum menarik rekomendasi dan status Awas Merapi.
Awan panas atau yang biasa disebut warga sekitar dengan wedhus gembel memakan korban 30 orang. Salah satu korban adalah juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan.
Karena Merapi tidak terlihat mengeluarkan asap lagi, sejumlah warga di sekitar gunung memberanikan diri untuk kembali ke rumah masing-masing.
Salah seorang warga, Tina, mengatakan warga banyak yang kembali ke rumahnya karena mengkhawatirkan harta-bendanya. Selain itu, warga juga pulang untuk kembali bekerja seperti biasa.
"Yang pulang ke rumah mau mengurus sapi, cari makan ternak. Lagipula lebih enak tinggal di rumah. Di pengungsian sumuk (panas)," tutur Tina yang masih berada di pengungsian desa Keputren, kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo mengatakan sebelumnya ada 37.752 orang dari 28 desa di Jawa Tengah yang mengungsi pada tanggal 26 Oktober kemarin. Di Klaten sendiri terdapat 4.975 pengungsi dari empat desa.
"Sekarang berangsur-angsur (pengungsi) dari tiga wilayah sudah kembali ke rumah. Karena Merapi sudah diindikasikan pulih dan mulai tenang kembali," kata Bibit di pengungsian kecamatan Kemalang, Klaten.
Saat mengunjungi pengungsi di Klaten, Wakil Presiden Boediono mengaku senang warga sudah beraktifitas seperti biasa. Namun Wapres meminta warga yang tinggal di sekitar gunung untuk tetap waspada walau aktifitas Merapi sudah menurun. "Walau sudah kembali ke tempat, tapi agar tetap waspada," ujar Boediono di barak pengungsian kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.






0 komentar:
Posting Komentar